Hadapi El Nino, Politeknik Enjiniring Kementan Kembangkan Vertikal Aeroponik

SERPONG — Mahasiswa/I Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia Kementerian Pertanian terus kembangkan Vertikal aeroponik. Vertikal aeroponik merupakan inovasi mahasiswa dimana tanaman tumbuh dalam bentuk kolom vertikal atau menara yang dilengkapi dengan ruang tumbuh di beberapa tingkat.

Dalam sistem vertikal aeroponik ini memungkinkan penempatan tanaman secara vertikal yang padat, mengoptimalkan penggunaan ruang dan memungkinkan penanaman yang lebih banyak dalam area yang terbatas. Secara umum vertikal aeroponik dapat menghemat air, nutrisi dapat diatur dengan presisi dan sirkulasi nutrisi yang digunakan kembali. Diyakini penggunaan air dapat lebih efisien karena semprotan nutrisi hanya disemprotkan pada akar tanaman.

Vertikal aeroponik merupakan jawaban dimana Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Selain itu, Indonesia juga rentan terhadap fenomena cuaca ekstrem seperti El Niño dan La Niña, yang dapat mempengaruhi pola hujan dan suhu di wilayah.

Untuk mengatasi fenomena perubahan iklim Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah menginstruksikan kepada jajarannya untuk mempersiapkan mitigasi menghadapi musim kemarau ekstrem atau El Nino yang diperkirakan akan mencapai puncaknya Agustus mendatang.

“Saya meminta kepada jajaran untuk menyiapkan langkah mitigasinya. Dan saya kira, langkah-langkah tersebut telah disiapkan dengan baik. Kita berharap dampak yang ditimbulkannya tidak akan mengganggu ketahanan pangan nasional,” kata Mentan Syahrul.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan, masa musim kemarau ekstrem mulai melanda Indonesia pada akhir Mei hingga awal Juni. Hanya saja, skalanya masih rendah.

“Fenomena ini akan semakin menguat, hingga puncaknya terjadi pada Agustus-September. Oleh karenanya, seluruh stakeholder pertanian harus mengerti dan paham apa itu El Nino,” terang Dedi.

Muharfiza selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) menyatakan bahwa teknologi yang dibuat mahasiswa merupakan jawaban dimana wilayah Indonesia memiliki iklim khusus, seperti iklim kering di daerah Nusa Tenggara Timur, iklim hutan hujan tropis di Sumatra dan Kalimantan, serta iklim pegunungan di daerah pegunungan seperti Papua.

“Berkenaan dengan hal tersebut, mahasiswa PEPI terus melakukan evaluasi sistem vertikal aeroponik yang telah dibuat. Dengan tata letak vertikal, sistem aeroponik memanfaatkan ruang secara efisien dan memungkinkan pertumbuhan tanaman yang padat” ujar Muharfiza.

Sistem aeroponik secara umum menghemat air karena nutrisi dapat diatur dengan presisi dan sirkulasi nutrisi yang digunakan kembali. Dalam sistem vertikal aeroponik, penggunaan air dapat lebih efisien karena semprotan nutrisi hanya disemprotkan pada akar tanaman.

Disisi lain, kondisi optimal yang diberikan oleh sistem aeroponik, termasuk dalam tata letak vertikal, memungkinkan pertumbuhan tanaman yang cepat dan hasil panen yang lebih cepat.

 207 total views

Translate »
Accessibility
Open chat
Perlu Bantuan?
Selamat Datang di website PEPI.
Ada yang bisa Kami Bantu?