Tanamkan Perspektif Teknologi dan Pemasaran, PEPI Ajak Milenial Hadapi Krisis Pangan Global

Hadapi ancaman krisis pangan global, Kementerian Pertanian (Kementan)  manfaatkan generasi millenial sebagai bonus demografi tuk menjadi garda terdepan penyedia pangan. 

“Saudara-Saudara sekalian generasi millenal, ancaman krisis pangan nyata, kita harus segera bertindak. Petani Milenial harus mampu menjadi pelopor pembangunan pertanian perdesaan dalam meningkatkan produktifitas dan daya saing produk pertanian, menciptakan lapangan kerja perdesaan, serta meningkatkan kesejahteraan petani perdesaan. Kalian adalah pasukan khusus dalam mengatasi krisis pangan global”, tegas Mentan beberapa waktu lalu. 

Berbicara mengenai krisis pangan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengajak milenial agar ikut terlibat memikirkan solusi dari penyebab terjadinya krisis pangan.

“Penyebab pertama covid 19 yang telah meluluh lantahkan seluruh sendi-sendi kehidupan kita, kedua fenomena climate change yang ditandai dengan peningkatan suhu di permukaan bumi, dan yang ke tiga yaitu adanya perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan seluruh negara ikut merasakan dampaknya. Termasuk Indonesia yang memiliki hubungan dagang ekspor dari kedua negara tersebut,” papar Dedi.

Pada Millennial Agriculture Forum (MAF) bertajuk  “The Impact of Global Food Systems on Domestic Agriculture Value Chain: Technology and Marketing Perspective” yang dilaksanakan secara virtual, Dedi mempercayakan pembangunan pertanian ditangan generasi muda. 

“Saat ini, kita sedang dalam kondisi yang tidak biasa-biasa saja. Kita merasakan dampak dari keadaan krisis pangan global. Kita tidak mungkin mengabaikan krisis pangan ini, jikalau krisis pangan kalau dibiarkan akan menyebabkan krisis lain yang multidimensi”, tambahnya (15/10).

Berupaya membuka perspektif generasi millenial, dihadirkan  narasumber yang mumpuni di bidang  teknologi dan pemasaran yakni Dede Satria Maulana (Chief Business Development Officer PT Frogs Indonesia) dan Andreas Setyawan (Coffepreneur Tamana Harapan Indonesia). Kedua materi yang dipaparkan tersebut membuka wawasan milenial baik teknologi maupun wirausaha.

Dede Satria mengungkapkan perusahaannya telah merintis dalam memproduksi berbagai macam drone sejak tiga tahun lalu. terdapat empat jenis drone yang telah berhasil di produksi antara lain, spraying drone, cargo drone, passenger drone, dan surveillance drone.

“Penggunaan drone sendiri merupakan salah satu penerapan teknologi untuk smart farming yang tentunya diharapkan mahasiswa PEPI ini dapat menguasai dalam penggunaanya, karena selain menghemat tenaga kerja, kegiatan pertanian menjadi lebih efektif serta terkontrol meskipun dari jarak jauh sehingga nilai produksi pertanian dapat meningkat” tambahnya. 

Disisi lain dari segi pemasaran hasil pertanian dengan penerapan digital marketing. Andreas Setyawan menuturkan penting branding product untuk meningkatkan nilai jual hasil olahan pertanian.
“Dengan membranding informasi mengenai produk olahan hasil pertanian dapat menjadi penentu minat para konsumen” ujarnya.

Selain itu pemahaman terhadap digital marketing juga membantu dalam meningkatkan nilai jual produk sehingga pemasaranya lebih luas, serta harga jual menjadi lebih tinggi. 

“Digital marketing menggunakan aplikasi online dapat menjangkau para konsumen dari berbagai penjuru,dirasa saat ini generasi milenial tidak merasa kesulitan akan hal tersebut” tambahnya.

Kombinasi keterbukaan informasi pasar, kemampuan menghasilkan produk-produk pertanian berkualitas, dan kesigapan membaca peluang dan memasarkan produk produk pertanian secara konvensional dan digital menjadi cara jitu dalam meningkatkan keuntungan usahatani pertanian. 

 450 total views

Translate »
Accessibility
Open chat
Perlu Bantuan?
Selamat Datang di website PEPI.
Ada yang bisa Kami Bantu?