Bekasi – Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) untuk regenerasi petani bukan hanya sekedar semboyan semata. Terbukti dengan banyaknya generasi milenial yang kini menekuni dan sukses menjadi pengusaha bidang pertanian salah satunya bercocok tanam. Cara bercocok tanam pun kini telah bertransformasi, dari penanaman menggunakan tanah kini berubah menjadi hidroponik. Hidroponik sendiri merupakan metode bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media penanaman melainkan menggunakan pipa berisi aliran air bercampur nutrisi tanaman sebagai media.
Tanaman yang lazim ditanam secara hidroponik yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Tanaman yang ditanam cara budidaya hidroponik sayuran memperoleh nutrisi atau makanan dari air yang mengandung zat anorganik yang diberikan melalui pipa air atau dengan cara disiramkan.
Sebagai bentuk sosialisasi cara bercocok tanam hidroponik, Mahasiswa Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) Kementerian Pertanian melaksanakan praktek kerja lapang di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sukatani,kabupaten Bekasi.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyampaikan optimismenya pada pembangunan pertanian Indonesia. “Indonesia memerlukan adanya regenerasi petani dan transfer teknologi dalam rangka pembangunan pertanian nasional, terutama mengubah manajemen usaha. Transformasi mau tidak mau akan mengubah cara kita menjalani manajemen usaha pertanian, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Saya yakin ditangan generasi milenial pembangunan pertanian akan lebih mudah dicapai”, ungkap SYL.
Sementara Rita Herawati selaku koordinator penyuluh BPP Sukatani mengungkapkan program budidaya hidroponik yang dikembangkan di kabupaten Bekasi khususnya di Desa Sukamanah bertujuan sebagai alternatif bercocok tanam dengan mamanfaatkan lahan yang sempit.
Renita dan Grace selaku mahasiswa PEPI menjelaskan dalam praktik kerja lapangnya mereka melakukan kegiatan budidaya sayuran hidroponik pakcoy dan chaesim dengan luas bangunan instalasi 4 x 3 meter dengan jumlah 150 lubang.
“Kegiatan budidaya hidroponik ini sangat efisien dilakukan selain menyebabkan waktu panen yang lebih cepat juga terbebas dari penggunaan pestisida kimia sehingga sayuran yang dipanen aman untuk dikonsumsi”, ujarnya.
Disisi lain Renita mengungkapkan kesulitan dalam budidaya hidroponik yaitu pada saat pembersihan pipa instalasi yang menggunakan spon dan kayu. “Seharusnya terdapat alat yang dapat digunakan untuk pembersihan pipa instalasi hidroponik tersebut”, ungkap Renita.
Pada kesempatan berbeda Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan trend budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik yang kini tengah marak di masyarakat perkotaan sangat efisien dilakukan terutama dipekarangan rumah, hal tersebut mendukung dalam menjaga ketahanan pangan keluarga.
“Keterbatasan lahan bukannya suatu halangan untuk terus berinovasi dalam mendukung ketahanan pangan salah satunya dengan metode hidroponik. Salah satu tantangan kita adalah keterbatasan lahan dan kawasan rumah yang makin bertambah banyak. Meskipun demikian, kita tidak boleh tinggal diam,”, tegas Dedi.
1,115 total views